KUNJUNGAN KELAS

Kamis, 19 Mei 2011

By, Desi Widiasari



BAB I
KUNJUNGAN KELAS

A.  Pengertian
Nawawi (1985: 108) mengemukakan kunjungan kelas adalah kegiatan observasi terhadap teman sejawat dalam menjalankan tugasnya dikelas masing-masing (misalnya kegiatan mengajar) terutama pada sekolah yang sama. Melalui kunjungan ini diharapkan para guru memperoleh pengalaman baru guna meningkatan kecakapannya dalam menjalankan tugas sehari-hari dengan melihat, bertanya, berdiskusi, dan bahkan mungkin mencontoh guru yang diobservasi dalam mengajar atau memecahkan masalah-masalah pendidikan disekolah masing-masing.
Hasil observasi harus
dipergunakan guru untuk menilai aktifitasnya sendiri dalam arti mendorong keinginan menemukan kekurangan diri sendiri untuk diperbaiki termasuk pula mengembangkan semua kebaikan yang dimilikinya, bilamana ternyata kegiatan yang pernah dilakukan menunjukkan aspek-aspek yang positif untuk digunakan. Kunjungan kelas atau sekolah dapat pula berarti kunjungan supervisor kepada guru-guru yang disupervisi. Hasil observasi harus dipergunakan untuk memperbaiki kekurangan atau kelemahan-kelemahan guru dalam menjalankan tugasnya, termasuk didalamnya dipergunakan untuk mendorong agar guru mengembangkan kebaikan-kebaikan yang dimilikinya. Hasil kunjungan tidak dimaksudkan sekedar untuk mencari-cari kesalahan pihak yang dikunjungi guna menjatuhkan sanksi-sanksi administratif.
Teknik supervisi ini ditujukan langsung kepada perbaikan cara-cara mengajar, penggunaan alat peraga, kerjasama murid dalam kelas dan sebagainya.

B.  Proses Kunjungan Kelas
Daryanto (2001) mengemukakan bahwa dalam mengadakan kunjungan kelas itu kita hendaknya bekerja menurut proses yang teratur, yaitu:
1.    Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilakukan bersama-sama secara demokratis oleh kepala sekolah dengan guru ke;as yang akan dikunjungi, berdasarkan kesulitan-kesulitan yang telah dialami bersama, apa yang akan di observasi serta kapan waktu yang sebaik-baiknya.
2.    Pelaksanaan
Observasi dilakukan se-informal mungkin dengan selalu memperhatikan prestise guru dalam kelasnya, tidak menonjolkan diri, tidak banyak interupsi, dan hanya memberikan demokrasi jika diminta
3.    Penganalisisan
Kegiatan ini dilakukan sesudah observasi. Observasi bersama-sama oleh kepala sekolah dan guru yang diobservasi, ditempat yang aman dan tentram, untuk membicarakan hasil-hasil observasi itu dan mencari segi-segi kelebihan dan kekurangannya
4.    Kesimpulan dan Penilaian
Kesimpulan sebagai penilaian terakhir dilakukan juga secara kooperatif, dengan disadari dan disetujui sepenuhnya oleh yang bersangkutan dan tidak boleh merupakan pendapat pihak lain. Berdasarkan kesimpulan bersama itu dicarilah bersama pula cara-cara untuk mengadakan perbaikan. Kepala sekolah mengemukakan saran-saran, bukan instruksi-instruksi. Yang penting dalam kegiatan class-visit ini ialah sikap kepala sekolah pada waktu mengadakan observasi, dan sikapnya pada waktu berhadapan dengan guru tersebut setelah observasi selesai.
            Sikap dalam musyawarah atau personel conference inilah yang akan menentukan hubungan selanjutnya sebagai supervisor dengan anggota kelompoknya. Dalam pertemuan ini pimpinan hendaknya jangan bersiakp seperti seorang hakim atau jaksa yang mengadili atau menuduh, akan tetapi merupakan seorang teman yang mempunyai penuh perhatian dan pengertian terhadap kesulitan-kesulitan temannya.
Menurut Mark (dalam Imron:2006) yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam kunjungan kelas adalah sebagai berikut:
1.    Menfokuskan seluruh perhatian pada semua elemen dan situasi belajar mengajar.
2.    Bertumpu pada upaya memajukan proses belajar mengajar.
3.    Membantu guru-guru secara konkrit untukmemejukan proses belajar mengajar.
4.    Menolong guru-guru agar dapat mengevaluasi diri sendiri.
5.    Secara bebas memberikan kebebasan kepada guru agar dapat berdiskusi.
6.    Dengannya mengenai masalah-masalah yang dihadapinya dalam proses belajar mengajar.
Kunjungan kelas dapat dilaksanakan dengan pemberitahuan terlebih dahulu bisa melalui inisiatif supervisor sendiri dan atas undangan guru.
Agar kunjungan kelas tersebut mencapai hasil yang dikehendaki, maka seorang supervisor haruslah:
1.    Mampu merencanakan kunjungan kelas.
2.    Mampu merumuskan tujuan kunjungan kelas.
3.    Mampu merumuskan prosedur kunjungsan kelas.
4.    Mampu menyusun format observasi untuk kunjungan kelas.
5.    Mampu berunding dan bekerja sama dengan guru.
6.    Dapat mengamati mengajar guru dengan menggunakan format observasi.
7.    Mampu menyimpulkan hasil kunjungan kelas.
8.    Dapat mengkonfirmasikan kunjungan kelas untuk keperluan mengambil langkah tindak lanjut.

C.  Kriteria kunjungan kelas yang baik
            Beberapa kriteria kunjungan kelas yang baik adalah sebagu berikut:
1. Memiliki tujuan yang jelas.
2.    Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru.
3.    Memakai lembaran observasi.
4.    Terjadi interaksi antar pihak yang mensupervisi dan pihak yang disupervisi.
5.    Tidak mengganggu proses belajar mengajar.
6.    Diikuti dengan tindak lanjut.

D.  Bentuk kunjungan kelas
Burhanudi, dkk (2007) mengemukakan bentuk kunjungan kelas dapat dilakukan dengan berbagai cara, antar lain:
1.    Kepala sekolah atau pengawas merencanakan kunjungan dengan memberitahukan guru yang bersangkutan sebelum kunjungan.
2.    Kepala sekolah atau pengawas merencanakan kunjungan dengan memberitahukan guru yang bersangkutan sebelum kunjungan.
3.    Guru mengundang kepala sekolah atau pengawas untuk mengadakan kunjungan.
Ketiga bentuk kunjungan kelas tersebut mempunyai keuntungan dan kelemahan. Guru sebaiknya memahami bahwa kunjungan kelas tersebut dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi dalam rangka meningkatkan kualitas kegiatan mengajar tanggungjawab bersama, dan bukan untuk menilai prestasi kerja guru.



















BAB II
OBSERVASI KELAS

A.  Pengertian
Obsevasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar. Bagi guru sendiri data yang dianalisis akan dapat membantu untuk merubah cara-cara mengajar kearah yang lebih baik. Bagi siswa-siswa sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.

B.  Cara Melakukan dan Jenis Observasi
Cara dan sikap yang harus dilakukan oleh supervisor untuk memperoleh data dalam observasi antara lain:
1. Menciptakan situasi yang wajar (cara masuk kelas). Mengambil tempat di dalam kelas yang tidak menjadi pusat siswa, tidak mencampuri guru yang sedang mengajar, sikap waktu mencatat tidak menimbulkan prasangka bagi guru.
2. Harus dapat membedakan mana yang penting untuk dicatat dan mana yang kurang penting.
3. Bukan melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana memperbaikinya.
4. Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi sisiwa-siswa tentang proses belajar.
Kriteria yang dipakai dalam observasi dari data yang dikumpulkan dan dicatat haruslah bersifat obyektif maksudnya adalah bahwa segala sesuatu yang dicatat merupakan data yang sebenarnya tanpa ada pengaruh unsur subyektif dari supervisor, apa yang dicatat harus dapat kena sasaran seperti apa yang dimaksud sering terjadi orang mencatat sesuatu bukan berdasarkan apa yang dilihatnya tetapi apa yang dipikirkannya. Oleh karena itu pencatatan yang tidak valid (tepat) dengan sendirinya tidak dapat dipercaya dan data dari catatan-catatan itu akan “berkata” dan memberikan kecenderungan tafsiran terhadap situasi belajar dan mengajar. 
Jenis observasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pertama observasi langsung (directed observation) jika seorang guru yang sedang mengajar diobservasi langsung oleh supervisor berada bersama-sama dalam kelas, sedangkan yang kedua observasi tidak langsung (indirect observation). Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama proses belajar mengajar yang sedang berlangsung adalah: (1) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses belajar mengajar, (2) cara penggunaan media pengajaran, (3) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar, (4) keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.

C.  Tahap-tahap Observasi
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1.    Persiapan observasi kela
2.    Pelaksanaan observasi kelas
3.    Penutupan pelaksanaan observasi kelas
4.    Penilaian hasil observasi
5.      Tindak lanjut
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam kegiatan observasi kelas ini adalah:
1.    Sebelum kunjungan dilakukan harus disusun rencana secara sistematis, baik mengenai tujuannya maupun mengenai segi-segi yang akan diobservasi, cara dan pentahapan observasi, alat atau cara pencatatan dalam mengobservasi dan cara memperoleh serta mentafsirkan hasil observasi.
2.    Kesempatan kunjungan harus lebih banyak diberikan kepada guru baru (muda) yang belum banyak pengalamannya. Dalam hubungan ini tidak berarti menutup kemungkinan bagi guru-guru lainnya yang sudah bertugas untuk melakukan kunjungan, terutama bilamana dipandang bahwa guru yang bersangkutan sudah ketingggalan serta bersifat statis dalam mengikuti perkembangan dan pembaharuan pendidikan.
3.    Rencana dan maksud kunjungan serta kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam kunjungan itu harus diberitahukan lebih dahulu sebelum kunjungan dilakukan kepada guru yang akan dikunjungi.
4.     Selama kunjungan atau segera setelah kunjungan selesai harus dibuat catatan-catatan yang perlu sesuai maksud kunjungan. Jangan membiasakan sekedar menggunakan ingatan tanpa membuat catatan kecil sama sekali.
5.    Mendiskusikan hasil kunjungan baik dengan pihak yang dikunjungi maupun dengan teman guru lainnya. 

























BAB III
PERTEMUAN INDIVIDUAL

A.  Pengertian
Pertemuan individual menurut Buranuddin, dkk (2007) adalah pertemuan untuk bercakap-cakap, berdialog, atau bertukar pikiran antara kepala sekolah dengan guru, atau pengawas dengan guru untuk membahas usaha-usaha meningkatkan kemampuan professional. Pertemuan tersebut biasanya bersifat informal dan berlangsung dalam waktu yang cukup memadai supaya pengumpulan informasi lebih lengkap dan rinci. Pertemuan pribadi ini merupakan dialog profesional tentang berbagai hal yang berkaitan dengan upaya perbaikan pengajaran. Situasi pertemuan bersifat kekeluargaan, kebersamaan, dan keterbukaan.  Beberapa kepustakaan asing menyebut dengan istilah individual conference (Adams dan Dickey dalam Burhanuddin, dkk:2006). Yang dimaksudkan dengan pertemuan individual atau pribadi adalah pertemuan percakapan, dialog atau tukar pikiran antara kepala sekolah dengan guru mengenai usaha peningkatan kemampuan profesional.
Tahalele dalam Burhanuddin, dkk (2006), mengemukakan pertemuan individual atau pribadi dapat dilakukan setelah kunjungan kelas. Menurut pedoman supervisi pengajaran yang dikeluarkan oleh Depdikbud, pertemuan individual dapat dilakukan sebelum dan sesudah kunjungan kelas. Menurut Kyte dalam Burhanuddin, dkk (2006), percakapan pribadi dapat dilakukan setelah kunjungan kelas dan melalui percakapan biasa sehari-hari.
Menurut Swearingen (1961) mengklasifikasi jenis percakapan individual ini menjadi empat macam sebagai berikut
1)   classroom-conference, yaitu percakapan individual yang
dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid sedang
meninggalkan kelas (istirahat).
2)    office-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di
ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi
dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan
penjelasan pada guru.
3)   causal-conference, yaitu percakapan individual yang bersifat
informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru.
4)   observational visitation, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan
setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
Dalam percakapan individual ini supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, dan memberikan pengarahan, hal-hal yang masih meragukan
sehingga terjadi kesepakatan konsep tentang situasi pembelajaran yang
sedang dihadapi.

B.  Pedoman Pelaksanaan Pertemuan Individual
            Beberapa pedoman pelaksanaan pertemuan pribadi dikemukakan oleh Ishak dalam Burhanuddin, dkk (2006) sebagai berikut:
1.    Pelajarilah semua keterangan tentang guru-guru supaya mengenalnya dengan baik.
2.    Rumuskan tujuan yang dikehendaki.
3.    Rumuskan pertanyaan pengarahan yang hendak digunakan.
4.    Ciptakan situasi informal.
5.    Bantulah guru-guru untuk menentukan sendiri masalahnya serta cara-cara untuk memecahkannya.
6.    Pusatkan perhatian pada perbaikan situasi-situasi belajar mengajar.
7.    Akhiri pembicaraan dengan menunjukkan jalan keluar terhadap masalah-masalah yang dihadapi serta langkah dan tindakan selanjutnya.
8.    Catatlah semua hasil pembicaraan dan peliharalah baik-baik catatan tersebut.
Burhanuddin, dkk (2006:72) mengemukakan agar pertemuan pribadi berhasil dengan baik, maka seorang supervisor harus mampu:
1.    Merencanakan pertemuan pribadi.
2.    Merumuskan tujuan pribadi.
3.    Merumuskan prosedur pertemuan pribadi.
4.    Mengadakan kontrak dengan guru mengenai pertemuan pribadi.
5.    Memancing masalah guru.
6.    Membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam pertemuan pribadi.
            Burhanuddin, dkk (2007) mengemukakan beberapa kemungkinan pertemuan yang mungkin terjadi adalah:
1.    Pertemuan pribadi yang dilakukan sebelum kunjungan pengamatan kelas dimaksudkan untuk membicarakan aspek-aspek kegiatan pembelajaran yang akan menjadi pusat perhatian pengamatan.
2.    Pertemuan pribadi yang dilaksanakan setelah kunjungan pengamatan kelas dimaksudkan untuk menganalisis aspek kekuatan dan keelemahan kegiatan pembelajaran. Informasi ini merupakan umpan balik bagi guru untuk memperbaiaki dan meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar.
3.    Pertemuan pribadi dapat pula dilakukan atas keinginan guru. Jika guru merasakan adanyan masalah KMB, guru dapat membicarakannya langsung dengan pembina.
Selama konsultasi Pembina diharapkan dapat berperan sebagai konsultan yang edukatif atau nara sumber yang berpikiran terbuka serta menjadi pendengar yang baik. Pertemuan pribadi dilakukan dengan memanfaatkan waktu luang misalnya, sewaktu istirahat atau selama waktu senggang lainnya.














BAB IV
KUNJUNGAN ANTAR KELAS

A.  Pengertian
Kunjungan antar kelas merupakan suatu teknik supervisi pengajaran, yang juga digolongkan sebagai teknik superisi secara perorangan.Teknik ini dilakukan oleh guru dari kelas yang satu mengunjungi guru dikelas lain yang sedang mengajar dalam satu sekolah. Melalui kunjungan antar kelas ini guru akan memperoleh pengalaman baru tentang proses pembelajaran, pengelolaan kelas, dsb, hal ini diperoleh dari teman sejawatnya. Kunjungan antar kelas ini akan lebih efektif jika disertai dengan kesempatan berdialog tentang hal-hal yang menarik perhatIan guru tamu dengan guru yang dikunjungi.
Pada kunjungan antar kelas ini guru berkesempatan untuk berkunjung berkali-kali dengan mengadakan magang. Guru magang dapat berperan serta secara aktif di kelas sehingga dapat langsung mengalami dan dapat mendiskusikan setiap kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, guru magang dapat berkomunikasi secara intensif dengan guru kelas. Menurut Gwynn (1961), kunjungan antar kelas ini sangat berguna bagi guru-guru untuk melihat praktek-praktek mengajar, metode-metode mengajar baru, materi baru, penggunaan alat-alat baru, melihat guru kunci dan atau  orang sumber. Menurut Neagly (1980), dengan menggunakan teknik antar kelas ini, guru-guru baru dapat belajar bagaimana cara memotivasi siswa, dan dapat memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengamatai temannya yang sedang menajar di kelas.

B.  Pelaksanaan Kunjungan Antar Kelas
Agar kunjungan antar kelas ini benar-benar bermanfaat bagi pengembangan kemampuan guru, maka sebelumnya harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa hal beberapa hal yang harus  diperhatikan oleh supervisor apabila menggunakan teknik ini dalam melaksanakan supervise bagi guru-guru, anatara lain:
1.    Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Upayakan mencari guru yang memang mampu memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi.
2.    Tentukan guru-guru yang akan mengunungi.
3.    Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.
4.    Supervisi hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat. Amatilah apa-apa yang ditampilkan secara cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu.
5.    Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
6.    Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
7.    Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.

C.  Tahap Pelaksanaan Kunjungan Antar Kelas
Selama  melakukan kunjungan antar kelas terdapat beberapa tehapan yang harus dilakukan, antara lain:
1.    Tahap pertama
Mengamati kegiatan belajar mengajar di kelas yamg dikunjunjungi.
2.    Tahap kedua
Menyiapkan kegiatan pembelajaran bersama-sama dengan guru kelas.
3.    Tahap ketiga
Melakukan kegiatan belajar mengajar bersama dengan guru kelas yang bertindak sebagai pengamat dan bila perlu memberikan bantuan langsung dalam suatu “pengajaran tim”
     
     
           




BAB V
MENILAI DIRI SENDIRI

A.  Pengertian
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervise pendidikan. Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan professional guru (Sutton, 1989). Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara produktif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metode pengajarannya dalam mempengaruhi murid (House, 1973). Semua ini akan mendorong guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya (DeRoche, 1985; Daresh, 1989; Synder & Anderson, 1986).
            Nilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, di samping menilai siswa-siswanya, juga menilai dirinya sendiri.

B.  Cara Menilai Diri Sendiri
Ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain sebagai berikut:
1.    Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada siswa-siswa untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama.
2.    Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
3.    Mencatat aktivitas siswa-siswa dalam suatu catatan (record), baik mereka bekerja secara pserorangan maupun secara berkelompok.
Di bawah ini disajikan suatu “self evaluation checklist” yang diisi oleh guru-guru sendiri tentang kegiatan-kegiatan guru yang mengajar. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengenai kegiatan yang dilaksanakan guru selama berlangsung   proses belajar mengajar. Tujuan dari check list ini adalah agar guru dapat melihat dirinya sendiri. Apakah dia melaksanakan kegiatan itu atau tidak.

CONTOH SELF EVALUATION CHECK LIST

No.
           Kegiatan-kegiatan guru selama mengajar
ya
tidak
A.
1
2
3
4
5
6
7

8

9
10
B    1
2
3
C    1
2
3
4
D    1
2
3
4
5

E    1
2
3
F     1
2
3

4

G    1
2
3

4

5

H    1
2
3
4





Selama mengajar saya melakukan:
Mengajukan pertanyaan yang tepat
Mengajukan pertanyaan pikiran
Mengajukan pertanyaan tentang fakta-fakta
Memancing pertanyaan dari siswa
Mengajukan pertanyaan dari buku pelajaran
Mengembalikan pertanyaan kepada siswa
Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara klasikal
Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara individu
Menjelaskan dan membaca dari buku
Membiarkan buku terus tertutup
Memberi tugas pada permulaan pelajaran
Memberi tugas selama pelajaran berlangsung
Memberi tugas pada akhir pelajran
Melatih siswa selama pelajaran berlangsung
Melatih siswa sebelum pelajaran berlangsung
Melatih siswa secara individual
Melatih siswa secara kelompok
Menulis di papan tulis sebelum pelajaran mulai
Menulis di papan tulis sementara memberi tugas
Membuat bagan di papan tulis
Menjelaskan sambil menulis di papan tulis
Menulis pertanyaan, catatan dan lain-lain di papan tulis
 Menggunakan bahan ilustrasi
Menerangkan bahan-bahan pelajaran
Memberi penjelasan terhadap siswa-siswa
Mengkritik siswa secara konstruktif
Mengkritik siswa secara deduktif
Mendorong siswa secara individual untuk menilai diri sendiri
Mendorong siswa secara kelompok untuk menilai diri sendiri
Memimpin percakapan dengan siswa-siswa
Menerangkan kepada siswa-siswa
Menyela siswa yang sedang diskusi untuk memberi saran
Menyela siswa yang sedang diskusi untuk menunjukkkan kesalahan
Menyela siswa yang sedang diskusi untuk mengajukan pertanyaan
Sering tersenyum simpul
Kebiasaan tersenyum
Mengerut dan bermuka masam dan menggertak
Membentuk bermacam-macam kegiatan disiplin







0 komentar: